Tuesday, July 18, 2006

Uni Eropa dan Bank Dunia Memuji Rekonstruksi Aceh

Uni Eropa dan Bank Dunia Memuji Rekonstruksi Aceh

Sumber: The Jakarta Post, 14 Juli 2006 ( M. Taufiqurrahman )

Uni Eropa dan Bank Dunia memuji perkembangan upaya rekonstruksi di NAD dan Nias yang luluh lantak akibat gempa bumi dan tsunami tanggal 26 Desember 2004 lalu, dan menyatakannya lebih unggul bila dibandingkan dengan upaya serupa di negara bagian Louisiana setelah diterjang Badai Katrina.

Pejabat resmi Uni Eropa dan Bank Dunia menjelaskan, meskipun terkendala banyak masalah berkaitan dengan logistik, namun BRR NAD-Nias telah mengelola akses terhadap kebutuhan paling dasar untuk korban tsunami Desember 2004 dan korban gempa bumi yang terjadi di Nias pada bulan Maret 2005.

?Ketika Anda mengamati proses rekonstruksi di mana saja, Anda akan berpendapat bahwa yang dilakukan oleh BRR sangat baik, terutama jika dibandingkan dengan proses rekonstruksi serupa yang sedang berlangsung di Louisiana,? kata Koordinator Bidang Pengembangan Sosial Bank Dunia, Scott Guggenheim, dalam sebuah konferensi pers di Jakarta baru-baru ini.

Scott menambahkan bahwa selain negara bagian Louisiana dimana proses pembangunan kembali daerah yang mengalami kerusakan terparah yakni New Orleans dan wilayah sekitarnya telah dimulai setelah bencana di bulan Agustus 2005, negara lain di Timur Tengah dan Asia saat ini masih dalam proses rekonstruksi akibat bencana gempa bumi baru-baru ini.

Meskipun DPR RI telah memberikan kritik keras terhadap rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh-Nias yang dinilai lamban, Guggenheim mengatakan sangatlah berlebihan mengharapkan BRR melampaui kinerja dan hasil pekerjaannya saat ini mengingat permasalahan logistik yang dihadapi dua wilayah tersebut.

?Semua orang akan sangat bahagia jika bisa memiliki 120.000 unit rumah dalam kurun waktu enam bulan. Di Nias, dimana semen yang merupakan material utama rekonstruksi bahkan harus diangkut dengan sepeda motor, sangatlah mustahil mengharapkan 10.000 unit rumah akan selesai dibangun hanya dalam jangka waktu setahun.?

Guggenheim menambahkan, rekonstruksi Aceh lebih baik bila dibandingkan dengan negara lain yang mengalami bencana serupa dalam kaitannya dengan upaya mencegah korupsi terhadap dana bantuan. ?Sejauh ini hanya 1% dari dana rekonstruksi yang tidak jelas penggunaannya. Kita juga tahu kasus di Louisiana dimana jumlah dana yang disalahgunakan mencapai 2 milyar dolar,? ungkapnya.

Ketua Delegasi Uni Eropa, Jean Breteche, menyampaikan pujian serupa, ?Saya harus mengakui bahwa pekerjaan mereka (BRR, red.) di Aceh dan Nias sangat baik.?

Selanjutnya Breteche menambahkan bahwa dibutuhkan waktu bertahun-tahun hingga kondisi kehidupan dan pembangunan ekonomi masyarakat benar-benar pulih.

Setelah bekerja selama setahun, BRR telah membangun 41.734 unit rumah dari rencana membangun 120.000 unit. BRR juga diharuskan untuk merehabilitasi 80.000 unit rumah yang mengalami kerusakan sebagian akibat gempa dan tsunami. BRR berencana menyelesaikan pembangunan 78.000 unit rumah pada akhir tahun 2006, dan menyelesaikan seluruh proyek perumahan pada akhir tahun 2007.

Multi Donor Fund , termasuk di dalamnya Uni Eropa dan Bank Dunia, selama setahun lalu telah berhasil membangun 2.800 unit rumah, 1.000 km ruas jalan, 400 jembatan dan telah menciptakan lapangan pekerjaan untuk lebih dari 24.500 orang. Multi Donor Fund telah berkomitmen untuk memberikan bantuan sejumlah 550 juta dolar untuk rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh-Nias, dan hingga saat ini telah mengalokasikan sejumlah 392 juta dolar untuk berbagai proyek rekonstruksi.

Staf Ahli BRR, Bima Haria Wibisana menjawab kritik yang ditujukan terhadap lambannya fase rekonstruksi dan buruknya kualitas rumah dengan mengatakan bahwa DPR RI hanya melihat hal ? hal yang ingin mereka lihat. ?Dua tempat yang menjadi tujuan utama kunjungan kerja anggota DPR RI adalah Calang dan Ulee Lheue dimana proses rekonstruksi justru baru dimulai disana.?

EU, World Bank laud Aceh reconstruction

EU, World Bank laud Aceh reconstruction
M. Taufiqurrahman , The Jakarta Post, Jakarta
The European Union and the World Bank praised Thursday progress in the reconstruction of tsunami-hit Aceh, terming it superior to disaster recovery efforts in Louisiana after Hurricane Katrina.
Top officials from the EU and the World Bank said that despite massive logistical problems, the Aceh-Nias Rehabilitation and Reconstruction Agency (BRR) managed to deliver much-needed basic facilities for the survivors of the December 2004 disaster as well as an earthquake in Nias in March 2005.
"When you look at reconstruction elsewhere, they (the BRR) are doing pretty well, especially if you look at what is going on in Louisiana," the World Bank's sector coordinator for social development, Scott Guggenheim, told a press conference.
He said that aside from Louisiana -- where rebuilding in heavily affected New Orleans and its suburbs has begun to pick up from the August 2005 disaster -- other countries in the Middle East and Asia were still in the process of reconstruction from recent quake disasters.
Although national legislators have criticized the slow pace of rebuilding, Guggenheim said it would be too much to expect the BRR to top its present achievements given the logistical problems of the two areas.
"Everyone would be happier if they could have 120,000 houses in six months. In Nias, where cement has to be carried on the backs of motorcycles, it is ridiculous to hope for the building of 10,000 houses within a year."
Guggenheim also said the Aceh reconstruction fared better than other countries hit by disasters in preventing corruption of aid.
"So far, only 1 percent of the reconstruction fund is unaccounted far, but we learned that in Louisiana the amount of funds that was misused was US$2 billion," he said.
The European Union's head of delegation, Jean Breteche, also lauded the effort. "I must say that the work here is quite good."
Breteche said that it would take years for living and working conditions and economic development to be fully restored.
After one year of reconstruction efforts, the BRR has managed to build 41,734 houses of the targeted 120,000. The BRR is also required to reconstruct 80,000 houses that were partly damaged by the quake and tsunami that struck Aceh on Dec. 26, 2004.
The BRR is planning to build 78,000 houses by year's end, with its housing projects expected to be completed by the end of 2007.
The Multi Donor Fund, which includes the EU and the World Bank, has in the last one year completed the construction of 2,800 houses, 1,000 kilometers of roads and over 4,00 bridges, and created jobs for more than 24,500 people.
The fund has pledged $550 million for reconstruction in Aceh and Nias, and already allocated $392 million for various reconstruction projects.
Senior adviser to the BRR chief Bima Aria Wibisana responded to the criticism of the pace of reconstruction and the quality of the homes by saying lawmakers only wanted to see what they wanted to see.
"Two favorite places that the legislators like to visit are Calang and Ulee Lhuele, where reconstruction work is just starting," Bima said.

Saturday, July 15, 2006

Penanganan Pengungsi

Jumlah pengungsi, yang didata pada Oktober 2005 berjumlah 2023 KK, tersebar di 42 Posko di Nias dan Nias Selatan.

Sejak Oktober sampai Juni 2006 sudah dilakukan upaya-upaya, antara lain: membangun rumah permanent, merehabilitasi rumah dan memberikan rumah sementara (Termporary Shelter).

Rumah sementara yang telah dibangun, sampai dengan Juni 2006 sebanyak 399 unit, di Lahewa, Pramuka Gunungsitoli, Islamic Center (Olora) Gunungsitoli, sebagian tersebar di rumah-rumah sekitar Gunungsitoli, Bawolato, Mandrehe, Sirombu dan Teluk Dalam. Sedangkan sekitar 700 unit rumah permanent telah dibangun oeh BRR dan NGO khusus bagi para pengungsi. Sisa pengungsi sebagian pindah ke rumah keluarga, menunggu pembangunan rumah permanent.

Saat ini pengungsi yang tinggal di tenda adalah sebanyak 334 KK, terdiri dari 85 KK di Gunungsitoli dan 249 KK di Teluk Dalam. Untuk 85 KK pengungsi di Gunungsitoli, ada 33 KK tidak bersedia pindah dari tenda pengungsian, sampai mereka mendapatkan rumah permanent. Dan di Teluk Dalam ada yang menyatakan tidak bersedia pindah sebanyak 100 KK.

Gunungsitoli, Nias
BRR saat ini sudah menyiapkan 137 rumah bagi pengungsi yang tidak mempunyai lahan/rumah sendiri. Saat ini sedang dibangun di Olora 28 unit, Dahana 109 unit. Pemda sudah mnyediakan tanah untuk tambahan rumah, kurang lebih 2 hektar di Sisarahili Gunungsitoli, yang bias menampung rumah sebanyak kurang-lebih 60-70 unit.

Teluk Dalam
Pengungsi di Teluk Dalam berjumlah 249 KK yang menyebar di 8 lokasi. Dalam waktu singkat, BRR bersama IFRC akan membangun 119 unit rumah sementara. Sekitar 60 unit lagi akan dibangun oleh UNHABITAT.
Lokasi yang dipakai adalah tanah Pemda Nisel di Desa Hiliana’a, km 2 Teluk Dalam. Untuk menuju ke lokasi perumahan sementara, BRR telah membangun jalan akses sepanjang 840 meter. Juga telah berdiri 20 unit rumah sementara.

Sedangkan untuk Pengungsi Bawolato, terdapat 50 KK. Semula tenda mereka tinggal di tenda depan Kantor Kecamatan Bawolato. Sekarang semuanya telah pindah ke rumah sementara di lapangan bola belakang kantor kecamatan.
Pengungsi Bawolato berasal dari kawasan yang terendam air setelah terjadi gempa, di daerah pantai timur sekitar Idanagawo dan Bawolato, yaitu Desa Bozihona, Tagaule dan Botohaenga.

Untuk sementara waktu, BRR menyediakan program sewa rumah untuk pengungsi yang di tenda bagi yang bersedia. BRR menyiapkan dana sewa kamar untuk para pengungsi. Ini sebagai cara sementara untuk membantu para pengungsi sambil menunggu selesainya pembangunan rumah sementara dan permanent.

Rekonstruksi Bandara Binaka & Lasondre

Bandara Binaka adalah satu-satunya akses masuk melalui udara ke Nias. Kelas IV, tanpa lampu pendaratan (pendaratan visual). Selama ini hanya bisa untuk pendataran pesawat CN235 atau sejenisnya.

BRR pada tahun 2005 melakukan pelapisan ulang landasan dengan hotmix sepanjang 1350 x 30 meter. Selain itu pelapisan taxiway dan apron. Selain itu juga perbaikan power house dan rehab gedung terminal penunpang.
Untuk tahun 2006, perpanjangan landasan sepanjang 250 meter ke arah run way 09 (ke arah bukit).

Kontrak sudah ditandatangani dan sekarang mulai pekerjaan fisik, yaitu pengukuran awal dan pembuatan Direksi Kit.
Pada tahun 2006 BRR juga melakukan studi rancangan teknik terinci (RTT) fasilitas sisi darat.

RTT ini diproyeksikan sebagai dasar untuk pembangunan terminal penumpang, tower, fasilitas navigasi, parkir, dan lain-lain.
Dengan selesainya pengerjaan proyek tahun 2006, diharapkan Bandara Binaka bisa didaratin Foker 27 atau sejenisnya.
Tahun 2007 menurut rencana akan ada perpanjangan landasan ke arah run way 27 (arah laut). Proyeksi untuk pesawat boeing 737.
Untuk pengembangan lebih lanjut membutuhkan biaya untuk pembangunan terminal penumpang, tower dan peralatan navigasi.

Bandara Lasondre
Bandara Lasondre terletak di Pulau-Pulau Batu Kec. Pulau Tello Kab. Nias Selatan. Andara ini adalah jenis bandara perintis, yang biasa didaratin oleh pesawat CN 235 atau sejenisnya.

Tahun 2005 BRR mengadakan rekonstruksi dengan pelapisan landasan dengan kolakan (hotmix manual).
Untuk tahun 2006 BRR melakukan pekerjaan lapis ulang lanjutan sepanjang 950 meter x 30 meter.

Progress kontrak sudah ditandatangani dan dalam dalam prosess pekerjaan fisik, dimana Direksi Kit mencapai 90 persen dan saat ini sedang dilakukan pengukuran awal.

Untuk tahun 2005 pekerjaan pelapisan landasan dengan kolakan sedang dalam proses evaluasi teknis oleh Tim Dirjen Perhubungan Udara dan Tim Teknis BRR NAD-Nias. Hasil evaluasi sementara di lapangan ditemukan bahwa pekerjaan dimaksud tidak sesuai dengan spesifikasi teknis. Antara lain terdapat alur bekas roda pesawat pada permukaan landasan, permukaan landasan dilapis dengan sand sheet, dan lain-lain.

BRR telah meminta penyedia barang dan jasa yang mengerjakan proyek tahun 2005 ini untuk segera melakukan lapis ulang untuk pekerjaan dimaksud, guna menunjang keselamatan penerbangan.

BRR hinnga kini belum membayar penuh dana anggaran pekerjaan dimaksud, hingga pekerjaan perbaikan selesai dilaksanakan sesuai spesifikasi teknis.
Untuk itu maka pada tahun anggaran 2006, penyedia barang dan jasa pada tahun anggaran 2005 dengan kompetensi rendah ini tidak dikutkan lagi.