Wednesday, November 29, 2006

Ribuan Murid Sekolah Nias Menunggu Realisasi Bantuan Pendidikan

Kegiatan Rehabililtasi dan Rekonstruksi sektor pendidikan di Kepulauan Nias telah memberi manfaat cukup berarti, paling tidak bagi 39 ribu murid SD, SMP dan SMA yang telah pindah ke ruang kelas permanen yang dibangun BRR Nias, NGO/INGO dan lembaga nasional lainnya. Meskipun begitu, ribuan murid lainnya masih bersekolah di bawah tenda atau sekolah-sekolah darurat yang tersebar di berbagai lokasi. Keadaan makin memprihatinkan karena hampir semua tenda dan sekolah darurat sudah lapuk dan bocor.
Keterangan ini disampaikan oleh Manajer Komunikasi dan Informasi Publik BRR Perwakilan Nias Emanuel Migo, hari Selasa (29/11) di Medan. Menurut Migo, kebutuhan pembangunan kembali sektor pendidikan jauh lebih besar, dibandingkan ketersediaan dana dan realisasi bantuan pendidikan dari berbagai lembaga donor. Ia menjelaskan, kerusakan gedung sekolah akibat bencana gempa bumi pada 28 Maret 2005, meliputi 723 gedung sekolah atau sekitar 90 persen gedung sekolah di Kepulauan Nias.
Sampai saat ini, BRR Nias telah membangun 34 SD, 14 SMP/MTS dan 3 SMA, atau setara dengan 10.000 siswa. Selain itu juga sedang membangun 88 SD, 8 SMP/MTS, 7 SMA/SMK dan 1 Perguruan Tinggi dan mendistribusikan 42.260 paket buku teks & buku perpustakaan.
Sementara itu NGO/INGO dan lembaga lainnya telah membangun 37 SD, 4 SMP dan 3 SMA, atau setara dengan 8.500 siswa. Lembaga-lembaga yang berpatisipasi dalam pembangunan sektor pendidikan ini antara lain, WVI, LPAM Nias, Lazarus, TPI, Rotary Club, Lions Club, Yayasan Tanoto, PT Angkasa Pura, Banpres, GIS, BNI, GKII dan Keuskupan Sibolga.
Unicef telah mendistribusikan 200 sekolah tenda, mendistribusikan school kits untuk 130.000 anak, mendistribusikan 192.454 paket buku teks dan memberikan bantuan peralatan sekolah dan fasilitas air bersih untuk 160 sekolah dasar.
Karena dana yang terbatas, BRR Nias memprioritaskan pembangunan gedung-gedung sekolah yang hancur total. Pengerjaannya pun bertahap, yaitu rata-rata membangun 3 ruang kelas pada setiap tahun anggaran.
“Untuk mengatasi kekurangan dana dan karena desakan kebutuhan, mengingat masih banyak siswa yang bersekolah di bawah tenda darurat yang sudah lapuk dan bocor, kami meminta agar berbagai lembaga yang telah memberikan komitmen bantuan bagi sektor pendidikan ini dapat segera merealisasikan rencana mereka. Kami juga mengkampanyekan komitmen lebih banyak dari berbagai lembaga nasional dan internasional terhadap pembangunan sektor pendidikan di Kepulauan Nias,” ujar Migo.

Mendesaknya Realisasi Bantuan Pendidikan
Telah ada beberapa lembaga internasional yang memberikan komitmen untuk memberikan bantuan pada sektor pendidikan. “Meskipun bantuan-bantuan tersebut belum cukup mengatasi total kebutuhan yang ada, realisasi bantuan-bantuan tersebut akan sangat berpengaruh terhadap pemulihan sektor pendidikan Nias,” ujar Migo.
Lembaga PBB bidang bantuan pendidikan anak, United Nation Children Fund (Unicef) menurut rencana pada akhir tahun ini akan mulai membangun 42 sekolah dari total komitmen 160 sekolah. World Vision International (WVI) memberikan bantuan untuk 209 sekolah. Sedangkan International Migration Organization (IOM) memberikan bantuan bagi 43 sekolah.
World Bank dalam program Kecamatan Rehabilitation and Reconstruction Program (KRRP) membatu pembangunan 100 unit sekolah. Program kerjasama dengan Departemen Dalam Negeri dan dilaksanakan bersama BRR Nias ini menggunakan pendekatan partisipasi masyarakat (community-based approach) yang menurut rencana memulai pembangunan tahun 2007 dan akan berakhir tahun 2009.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home