Sunday, August 24, 2008

Masyarakat Desa juga Mampu Bangun Infrastruktur

Waspada Online

Friday, 15 August 2008 07:12 WIB
Masyarakat desa juga mampu bangun infrastruktur PDF Cetak E-mail
BOTHANIMAN JAYA TELUMBANUA
WASPADA ONLINE

15-jembatan_psd_botania PEMBANGUNAN jembatan tampaknya bukan lagi termasuk jenis konstruksi yang hanya bisa dilakukan kontraktor berpengalaman dan memiliki peralatan lengkap. Pembangunan jembatan yang baik juga tidak harus menggunakan peralatan kerja yang canggih, seperti escavator atau alat berat lainnya.

Hanya bermodalkan kerjasama dan gotong-royong, seluruh warga, tua-muda, perempuan dan laki-laki dapat turut serta membangun jembatan. Mereka juga secara mandiri membuat pembangian kerja yang adil di antara warga di desa dengan nyaris tidak ada protes.

Pembangunan jembatan yang dilaksanakan masyarakat beberapa desa di Nias ini boleh jadi baru pertama terjadi di Indonesia. Pembangunan jembatan yang selama ini dianggap sebagai jenis konstruksi padat modal dan keahlian, ternyata dapat dilaksanakan penduduk yang rata-rata tidak berpendidikan tinggi dan juga tidak berpengalaman dalam bidang kontruksi.

"Tidak ada masalah. Kami bisa bangun jembatan. Seluruh masyarakat mendukung," ujar Sekretraris KP4D (Komite Percepatan Pembangunan Prasarana Permukiman Desa) Sadokhi Halawa ketika berdialog dengan Kepala BRR Perwakilan Nias William P. Sabandar, Jumat (8/8) di lokasi pembangunan jembatan di Sungai Lahomi Tiga Kec. Lahomi Nias.

Pembangunan jembatan di Sungai Lahomi Tiga adalah salah satu dari 19 jembatan yang saat ini sedang dibangun masyarakat dari program pembangunan Prasarana dan Sarana Desa (PSD) di Kab. Nias. Total jembatan yang dibangun masyarakat ini mencapai 399 meter. Khusus Kab. Nias, program PSD 2008 ini menelan dana senilai Rp8.279.955.000.

Terdapat 23 paket progam yang dilaksanakan di 15 kecamatan. Paket program yang dikembangkan berupa 19 buah jembatan, 3 paket jalan dengan total panjang jalan mencapai 22.049 km serta 1 paket pembangunan air minum di Desa Tuhembuasi, Kec. Gido berupa pipanisasi sepanjang 2.600 meter dan pembangunan 2 bak induk dan 5 bak penampung.

Menurut Sadokhi Halawa, awalnya mereka ragu dapat membangun jembatan, apalagi melihat lokasi yang sangat curam mencapai kedalaman lebih dari 10 meter dan lebar aliran sungai mencapai lebih dari 30 meter. Keraguan ini akhirnya hilang, karena para fasilitator BRR meyakinkan mereka bahwa masyarakat akan didampingi oleh fasilitator yang bertugas sebagai konsultan bagi masyarakat.

Menurut Halawa, jembatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat 3 desa, yaitu Desa Tiga Serangkai, Desa Gunungcahaya dan Desa Onowaembo di Kec. Lahomi yang selama ini terisolasi. Padahal, 3 desa dengan jumlah penduduk sekitar 5.000 orang ini merupakan penghasil utama karet dan kopra.

"Selama ini hasil-hasil masyarakat sulit dibawa ke pasar karena tidak ada jalan tembus. Masyarakat hanya dapat memikul hasil produksi mereka melewati sungai yang sering mengalami banjir besar," ujar Halawa yang dibenarkan Ketua KP4D Paustinus Daely.

Karena itu, menurut Halawa dan Daely, masyarakat sangat mendukung pembangunan jembatan ini. Sejak awal masyarakat tiga desa bergotong-royong menyiapkan lahan dan mengumpulkan material seperti batu dan pasir.

Semangat gotong-royong dan swadaya masyarakat ini menyebabkan anggaran pembangunan jembatan bailey sepanjang 30 meter dan lebar 5 meter ini hanya menelan dana senilai Rp492.306.000 di luar rangka bailey yang disediakan BRR. Anggaran ini sepenuhnya dikelola masyarakat melalui KP4D, termasuk belanja pengadaan material. Dana dicarikan langsung ke rekening KP4D secara bertahap.

Menurut Fransiskus Nduru yang bertanggungjawab terhadap seluruh program PSD-BRR di Nias, sebelum memulai proyek pembangunan jembatan, anggota KP4D dan lembaga desa sebagai lembaga monitoring telah diberikan pelatihan mengenai administrasi proyek dan termasuk teknik konstruksi.

"Masyarakat telah dipersiapkan dengan pelatian pembukuan dan termasuk bagaimana membuat RPD (Rencana Penggunaan Dana), laporan penggunaan dana dan buku kas. Pelatihan juga dilaksanakan untuk pengembangan pengetahuan konstruksi, yang diikuti Pengurus KP4D dan Lembaga Desa," demikian ujar Frans Ndruru saat mendampingi Kepala BRR Perwakilan William Sabandar mengunjungi beberapa lokasi pembangunan jembatan dan jalan yang menjadi tanggunjawabnya, Sabtu lalu.

Menurut Frans, dalam pelaksanaan PSD ini terlihat transfer ilmu terhadap masyarakat berlangsung, sehingga mereka biasa dan terbiasa dengan program pembangunan. Selain itu terjadi efisiensi penggunaan anggaran.

"Masyarakat juga dengan sendirinya terbiasa menyelesaikan masalah yang muncul di tingkat desa, karena kita sudah menyiapkan apapun masalahnya harus diselesaikan di desa. Ini mendorong mereka dapat menyelesaikan masalah mereka sendiri. Pada masa yang akan datang, akan sulit jika kontraktor atau siapa pun menipu masyarakat, karena mereka telah paham tentang berbagai aspek pembangunan," demikian Frans dengan yakin.

Teks/credit foto:
Masyarakat di berbagai desa di Nias melalui program pembangunan Prasarana Dasar Desa (PSD) secara bergotong royong mampu membangun sarana infrastruktur seperti jembatan dan jalan.(
Waspada/Bothaniman Jaya Telaumbanua)

(ags)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home