Tuesday, November 04, 2008

Kini Gunungsitoli-Lahewa Dapat Ditempuh dalam Waktu Dua Jam

Thu, 30 October 2008 13:36:58

Laporan Junianto Dachi (BRR)

Gunungsitoli (NiasIsland.Com)
Jalan propinsi yang menghubungkan Gunungsitoli -Lahewa yang berjarak ± 80 km telah dan sedang diperbaik dan jalan alternatif menuju Lahewa melalui Bogali dan Lotu, yang adalah jalan Kabupaten Nias, telah diperbaiki dengan pelapisan aspal hotmix.

Perbaikan sarana transportasi ini telah mengurangi secara drastis waktu tempuh dari Gunungsitoli ke Lahewa.

Kalau sebelum tahun 2005 (sebelum bencana gempa bumi) waktu tempuh Gunungsitoli-Lahewa dengan kendaraan mobil mencapai hampir 5 jam, maka saat ini waktu tempuh normal hanya sekitar 2 jam. Kalau menggunakan sepeda motor, waktu tempuh malah lebih cepat, sekitar 1,5 jam.

Meskipun demikian, beberapa ruas jalan propinsi belum dikerjakan terutama di kawasan antara Sawo ke Lotu. Pada ruas ini menurut rencana akan dikerjakan hingga tahun 2009 mendatang oleh IREP dengan sumber dana dari BRR dan Multi Donor Fund (MDF) yang dikelola oleh World Bank. Untuk itu, bagi mereka yang hendak berpergian ke Lahewa dianjurkan melalui ruas alternatif jalan kabupaten yang telah diperbaiki, yaitu melewati Bogali, Ombolata dan tembus ke Lotu.

Selain itu, ada 2 jembatan yang saat ini sedang dikerjakan, yaitu jembatan Moawo dan Jembatan Muzoi yang dikerjakan dari anggaran BRR Nias ini diperkirakan rampung pada akhir tahun 2009.

Warga Lahewa, Hanati Lase saat di temui dikediamannya di jalan Makam Pahlawan Desa Mudik Kec. Gunungsitoli Nias, Selasa (28/10), mengaku bangga dan berterima kasih dengan pembangunan jalan tersebut. “Kita merasa bersyukur, sejak BRR hadir, jalan di Kab Nias kini menjadi bagus, dan Kab Nias yang dulunya minim pembangunan akibat anggaran Pemerintah Daerah yang terbatas, kini telah bercahaya. (Junianto Dachi, BRR)

Thursday, October 30, 2008

BRR Meraih Penghargaan Internasional

Selasa, 21 Oktober 2008 00:56 WIB
Jakarta, Kompas - Hasil pengembangan sistem teknologi informasi Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias meraih penghargaan internasional Government Technology Award 2008. BRR diberi penghargaan sebagai pemenang kategori Manajemen Informasi, antara lain memudahkan penelusuran dana rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-tsunami 2004 sebanyak 1.663 proyek dengan komitmen dana 3,8 miliar dollar AS dari seluruh dunia.

”Sistem informasi disusun up to date, transparan, dan akuntabel untuk mengetahui pembangunan kembali wilayah yang hancur karena tsunami pada garis pantai sepanjang 800 kilometer,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi pada Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Eddie R Darajat, Senin (20/10) di Jakarta.

Penghargaan itu diterima Eddie sebagai pemenang ”Best Practise Information Management Government Technology 2008” oleh institusi Futuregov dari Singapura pada Jumat pekan lalu di Bali. Menurut Eddie, sistem teknologi informasi BRR itu memuat data basis pemulihan Aceh dan Nias, serta data geospasial pembangunan permukiman.

”Dari sejumlah 621 agen pemberi dana yang berkomitmen memberikan 3,8 miliar dollar AS, sampai sekarang realisasi penyampaian dananya mencapai 2,7 miliar dollar AS,” kata Eddie.

Dia mengatakan, sistem teknologi informasi itu dapat diakses publik melalui jaringan internet dengan situs www.rand. brr.go.id.

BRR sendiri masih akan menyempurnakan sistem informasi itu untuk dipaparkan ke dalam kegiatan Coordination Forum for Aceh-Nias (CFAN) IV pada 16-17 Februari 2009 di Jakarta Convention Center.

Direktur Donor dan Hubungan Internasional BRR Heru Prasetyo mengatakan, banyak manfaat yang bisa diperoleh dari sistem teknologi informasi yang dikembangkan BRR. Transparansi dan akuntabilitas dapat menjadi pelajaran penting. (NAW)

Labels:

Sunday, August 24, 2008

BRR Nias Kecewakan Masyarakat Alasa

Waspada Online

Saturday, 23 August 2008 07:29 WIB

GUNUNGSITOLI - Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Perwakilan Nias telah mengecewakan masyarakat Kecamatan Alasa dan sekitarnya. Kekecewaaan masyarakat disebabkan karena gagalnya pembangunan ruas Jalan Gunungsitoli-Alasa-Tumula yang didanai oleh World Bank berbiaya Rp 120 miliar dan telah ditenderkan pada bulan Juni 2008.

Kekecewaan itu diungkapkan Camat Alasa Talumuzoi, Edison Hulu pada saat beraudiensi dengan Pimpinan BRR Perwakilan Nias Kamis (21/8) di Aula Kantor BRR Perwakilan yang diterima pimpinan BRR Nias William P. Sabandar. Turut hadir para pimpinan partai Kecamatan Alasa, tokoh masyarakat, Tokoh Pemuda, Akademisi serta Ketua Persatuan Masyarakat Alasa Bina Kasih, HS. HULU,SE dan tokoh LSM PHP Nias, B.Desman Hulu,BA.

Akibat gagalnya pembangunan jalan menuju Alasa telah menimbulkan amarah dan kekecewaan masyarakat dari 4 kecamatan yaitu Kecamatan Alasa, Hiliduho Alasa Talumuzoi, serta Masyarakat Kecamatan Tugala Oyo, " dan apabila pada pertemuan audiensi ini tidak ada keputusan dari pihak BRR Nias untuk melanjutkan program pembangunan Jalan ke Alasa, maka masyarakat dari 4 kecamatan akan melakukan demo besar-besaran dan telah mempersiapkan 35 truk untuk mengangkut masyarakat menuju kantor BRR perwakilan Nias", tegas Edison Hulu.

Ungkapan kekecewaan juga disampaikan Camat Alasa, Adieli Hulu,BA, bahwa kegagalan pembangunan jalan di kecamatan Alasa dan sekitarnya telah mencoreng kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah Kecamatan karena rencana pembangunan tersebut telah disosialisasikan secara luas kepada masyarakat agar masyarakat dapat mendukung dan berswadaya, untuk itu diharapkan kepada BRR Perwakilan Nias dapat memenuhi janjinya kepada masyarakat Alasa untuk segera merealisasikan pembangunan jalan tersebut pada tahun 2008 ini.

Salah seorang Tokoh Pemuda Alasa, Yostinus Hulu,SE yang turut hadir dalam pertemuan mengkritik BRR Nias yang bersikap diskriminatif dan berlaku tidak adil terhadap masyarakat Alasa, karena sudah 3 tahun lamanya masyarakat menunggu pembangunan, namun yang ada dari BRR Nias hanya janji-janji muluk tanpa kenyataan, sedangkan pembangunan di kecamatan lain sudah berjalan pembangunannya.

Sebelumnya juga Bupati Nias telah menyurati BRR perwakilan Nias melalui surat nomor 620/3499/PPW-PPJ/2008 19 Agustus 2008 tentang penanganan jalan terbengkalai ruas Gunungsitoli-Alasa-Tumula. Dalam surat itu Bupati Nias menyampikan, sejak adanya BRR di Kepulauan Nias ruas jalan dimaksud tidak ditangani Pemda Nias disebabkan adanya komitmen IREP/IRRF dan BRR NAD-NIAS untuk merehabilitasi dan merekonstruksi ruas jalan itu, dan mengingat kondisi jalan pada saat ini hampir terputus dan tidak bisa dilewati kendaraan roda empat. Diharapkan kepada BRR segera merealisasikan pembangunan ruas jalan Gunungsitoli-Alasa-Tumula.

Pimpinan BRR Nias, William P. Sahbandar membantah kalau program pembangunan jalan ruas Gunungsitoli – Alasa – Tumula telah digagalkan oleh BRR NAD-Nias, pihak Donatur dalam hal ini World Bank telah menangguhkan program itu karena proses tender yang dilaksanakan pada bulan Juni 2008 di Banda Aceh telah gagal. Kegagalan disebabkan semua kontraktor yang menawar pekerjaan nilai penawarannya lebih 70 persen dari nilai HVS proyek. "Isu pembangunan jalan ruas Gunungsitoli-Alasa-Tumula tidak dibangun adalah tidak benar, yang ada hanya kendala teknis. Sampai hari ini di Bank Dunia tetap tercatat program pembangunan jalan, namun tidak bisa ditenderkan tahun ini" jelas William

BRR NAD-Nias menggaransi pembangunan jalan ke Alasa akan terlaksana pada tahun 2009, " BRR telah mengalokasikan dana di APBN TA.2009 sebesar biya pembangunan ruas jalan Gunungsitoli-Alasa-Tumula. Hal ini sebagai antisipasi apabila dana dari World Bank gagal, dan pembangunan jalan ini menjadi prioritas utama pada tahun 2009, tidak ada pembangunan jalan di tempat lain tanpa dibangun ruas jalan dari Gunungsitoli menuju Alasa" tegas William.

(ags/a35)

Masyarakat Desa juga Mampu Bangun Infrastruktur

Waspada Online

Friday, 15 August 2008 07:12 WIB
Masyarakat desa juga mampu bangun infrastruktur PDF Cetak E-mail
BOTHANIMAN JAYA TELUMBANUA
WASPADA ONLINE

15-jembatan_psd_botania PEMBANGUNAN jembatan tampaknya bukan lagi termasuk jenis konstruksi yang hanya bisa dilakukan kontraktor berpengalaman dan memiliki peralatan lengkap. Pembangunan jembatan yang baik juga tidak harus menggunakan peralatan kerja yang canggih, seperti escavator atau alat berat lainnya.

Hanya bermodalkan kerjasama dan gotong-royong, seluruh warga, tua-muda, perempuan dan laki-laki dapat turut serta membangun jembatan. Mereka juga secara mandiri membuat pembangian kerja yang adil di antara warga di desa dengan nyaris tidak ada protes.

Pembangunan jembatan yang dilaksanakan masyarakat beberapa desa di Nias ini boleh jadi baru pertama terjadi di Indonesia. Pembangunan jembatan yang selama ini dianggap sebagai jenis konstruksi padat modal dan keahlian, ternyata dapat dilaksanakan penduduk yang rata-rata tidak berpendidikan tinggi dan juga tidak berpengalaman dalam bidang kontruksi.

"Tidak ada masalah. Kami bisa bangun jembatan. Seluruh masyarakat mendukung," ujar Sekretraris KP4D (Komite Percepatan Pembangunan Prasarana Permukiman Desa) Sadokhi Halawa ketika berdialog dengan Kepala BRR Perwakilan Nias William P. Sabandar, Jumat (8/8) di lokasi pembangunan jembatan di Sungai Lahomi Tiga Kec. Lahomi Nias.

Pembangunan jembatan di Sungai Lahomi Tiga adalah salah satu dari 19 jembatan yang saat ini sedang dibangun masyarakat dari program pembangunan Prasarana dan Sarana Desa (PSD) di Kab. Nias. Total jembatan yang dibangun masyarakat ini mencapai 399 meter. Khusus Kab. Nias, program PSD 2008 ini menelan dana senilai Rp8.279.955.000.

Terdapat 23 paket progam yang dilaksanakan di 15 kecamatan. Paket program yang dikembangkan berupa 19 buah jembatan, 3 paket jalan dengan total panjang jalan mencapai 22.049 km serta 1 paket pembangunan air minum di Desa Tuhembuasi, Kec. Gido berupa pipanisasi sepanjang 2.600 meter dan pembangunan 2 bak induk dan 5 bak penampung.

Menurut Sadokhi Halawa, awalnya mereka ragu dapat membangun jembatan, apalagi melihat lokasi yang sangat curam mencapai kedalaman lebih dari 10 meter dan lebar aliran sungai mencapai lebih dari 30 meter. Keraguan ini akhirnya hilang, karena para fasilitator BRR meyakinkan mereka bahwa masyarakat akan didampingi oleh fasilitator yang bertugas sebagai konsultan bagi masyarakat.

Menurut Halawa, jembatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat 3 desa, yaitu Desa Tiga Serangkai, Desa Gunungcahaya dan Desa Onowaembo di Kec. Lahomi yang selama ini terisolasi. Padahal, 3 desa dengan jumlah penduduk sekitar 5.000 orang ini merupakan penghasil utama karet dan kopra.

"Selama ini hasil-hasil masyarakat sulit dibawa ke pasar karena tidak ada jalan tembus. Masyarakat hanya dapat memikul hasil produksi mereka melewati sungai yang sering mengalami banjir besar," ujar Halawa yang dibenarkan Ketua KP4D Paustinus Daely.

Karena itu, menurut Halawa dan Daely, masyarakat sangat mendukung pembangunan jembatan ini. Sejak awal masyarakat tiga desa bergotong-royong menyiapkan lahan dan mengumpulkan material seperti batu dan pasir.

Semangat gotong-royong dan swadaya masyarakat ini menyebabkan anggaran pembangunan jembatan bailey sepanjang 30 meter dan lebar 5 meter ini hanya menelan dana senilai Rp492.306.000 di luar rangka bailey yang disediakan BRR. Anggaran ini sepenuhnya dikelola masyarakat melalui KP4D, termasuk belanja pengadaan material. Dana dicarikan langsung ke rekening KP4D secara bertahap.

Menurut Fransiskus Nduru yang bertanggungjawab terhadap seluruh program PSD-BRR di Nias, sebelum memulai proyek pembangunan jembatan, anggota KP4D dan lembaga desa sebagai lembaga monitoring telah diberikan pelatihan mengenai administrasi proyek dan termasuk teknik konstruksi.

"Masyarakat telah dipersiapkan dengan pelatian pembukuan dan termasuk bagaimana membuat RPD (Rencana Penggunaan Dana), laporan penggunaan dana dan buku kas. Pelatihan juga dilaksanakan untuk pengembangan pengetahuan konstruksi, yang diikuti Pengurus KP4D dan Lembaga Desa," demikian ujar Frans Ndruru saat mendampingi Kepala BRR Perwakilan William Sabandar mengunjungi beberapa lokasi pembangunan jembatan dan jalan yang menjadi tanggunjawabnya, Sabtu lalu.

Menurut Frans, dalam pelaksanaan PSD ini terlihat transfer ilmu terhadap masyarakat berlangsung, sehingga mereka biasa dan terbiasa dengan program pembangunan. Selain itu terjadi efisiensi penggunaan anggaran.

"Masyarakat juga dengan sendirinya terbiasa menyelesaikan masalah yang muncul di tingkat desa, karena kita sudah menyiapkan apapun masalahnya harus diselesaikan di desa. Ini mendorong mereka dapat menyelesaikan masalah mereka sendiri. Pada masa yang akan datang, akan sulit jika kontraktor atau siapa pun menipu masyarakat, karena mereka telah paham tentang berbagai aspek pembangunan," demikian Frans dengan yakin.

Teks/credit foto:
Masyarakat di berbagai desa di Nias melalui program pembangunan Prasarana Dasar Desa (PSD) secara bergotong royong mampu membangun sarana infrastruktur seperti jembatan dan jalan.(
Waspada/Bothaniman Jaya Telaumbanua)

(ags)

Saturday, November 24, 2007

LAPORAN DARI TELLO: Minim Animo Masyarakat Pulau-Pulau Batu Berobat di Rumah Sakit

( Catatan Perjalanan Taripar Hutagalung )

Pulau-Pulau Batu/Tello: 19 November 2007
Animo masyarakat Kecamatam Pulau–Pulau Batu Kabupaten Nias Selatan untuk berobat di rumah sakit masih rendah, khususnya warga yang tinggal di pulau – pulau kecil seperti pulau Tanamasa, Sibaranum dan Sipika. Warga di pulau-pulau kecil ini masih mempercayai pengobatan tradisional.

Hal itu dikatakan Kepala Rumah Sakit Tello Dokter Yulia Yustina Marampak kepada Wartawan, di Desa Loboi Pulau Tello Nias Selatan, Senin (19/11). Menurut dokter asal Tanah Toraja Sulawesi Selatan ini, penyakit yang banyak diderita masyarakat di daerah ini adalah TBC dan Gizi Buruk.

Ia menambahkan, tingkat kematian usia muda di wilayah tersebut termasuk sangat tinggi. Dari hasil temuan selama dua tahun terakhir ini, dari 304 anak yang didata dengan usia 1 hingg 2 tahun sedikitnya 42 anak dinyatakan positif gizi buruk.

Mengenai pola berobat, selama ini masyarakat pulau – pulau batu lebih cenderung mengkonsumsi obat ringan yang dijual di warung – warung ketimbang berobat ke rumah sakit.

Rumah Sakit Tello
Saat ini di Pulau Telo telah berdiri Rumah Sakit yang dibangun oleh organisasi Medical Assistant Program atau MAP International sebagai bagian dari kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Kepulauan Nias yang dikoordinir oleh BRR Perwakilan Nias. Rumah sakit ini telah beroperasi sejak 15 Maret 2007. Fasilitas Rumah Sakit Tello terdiri dari Poliklinik Umum Kesehatan Ibu dan Anak, terdiri dari ruang bersalin dan ruang rawat inap ibu, bayi dan anak. Selain itu poliklinik gigi, instiaasi gizi serta konsultasi hinpertensi yang juga dilengkapi ruang operasi.

Rumah sakit ini dibangun atas kerjasama MAP International dengan Yayasan Surya Kebenaran International memiliki fasilitas rawat jalan dan rawat inap sebanyak 37 beds ditambah 10 beds untuk balita. Dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti ruang UGD/ER, Laboratorium, radiology, operation theater room (ruang operasi), pharmacy dan Rawat Gigi ( Dental Clinic).

Menurut Elvi Siahaan sebagai contact person MAP International, rumah sakit Tello saat ini ditangani oleh 35 orang medis dan non medis lainnya yang berasal dari dalam dan luar pulau Nias. Staff – staff yang kompeten telah didatangkan dari luar pulau Nias untuk bertugas di rumah sakit ini dan sekaligus mendampingi dan bekerjasama dengan team medis yang berasal dari daerah setempat.

Rumah sakit ini melayani 2.000 hingga 3000 jiwa penduduk yang mendiami satu kecamatan yaitu Kecamatan Pulau-Pulau Batu di Kabupaten Nias Selatan. Terdapat 101 pulau kecil di kawasan ini, namun hanya beberapa pulau yang didiami, yaitu Pulau Tello, Tanamasa, Sibaranum, Pini dan Hibala

“Masyarakat masih takut untuk berobat. Masyarakat tampak takut dengan baiaya pengobatan karena melihat rumah sakit yang mewah. Padahal tidak demikian, karena biaya rawat inap hanya berkisar Rp. 15 ribu per-hari, sudah termasuk makan”, demikian ujar dokter Yulia sambil menambahkan bahwa pihaknya telah mensosialisakan perihal biaya ini kepada masyarakat, melalui rapat desa, pertemuan-pertemuan lainnya.

Membangun Perekonomian di Kawasan Perbatasan
Mata pencaharian masyarakat di wilayah ini adalah nelayan dan petani kelapa. Sumber penghasilan yang minim menyebabkan mereka sulit secara ekonomi dan upaya pemeliharaan kesehatan. Untuk berobat ke RS Tello, penduduk yang mendiami beberapa pulau kecil harus membiayai ongkos transportasi melalui laut yang berbiaya cukup mahal.

Meskipun BRR Perwakilan Nias telah membangun berbagai sarana infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan dan bandara di wilayah ini, masyarakat belum dapat memanfaatkan secara maksimal. Transportasi darat di daerah ini hanya motor dan becak.

Perekonomian masyarakat yang mendiami Kepulauan terluar di kawasan terbarat Indonesia harus dibangun lebih baik. BRR Nias telah memulai dengan pembangunan infrastruktur transportasi, namun harus didukung dengan pembangunan pada bidang ekonomi. Pengembangan daerah perbatasan ini perlu mendapat perhatian yang lebih tinggi dari pemerintah, baik pusat maupun daerah.

101 pulau di kawasan ini sangat indah dan berpotensi untuk pengembangan wisata. Saat ini telah ada beberapa pulau yang dijadikan sebagai kawasan wisata oleh warga dari luar negeri. BRR Perwakilan Nias berencana melakukan pengembangan ekonomi di wilayah kepulauan ini untuk mendukung pembangunan yang lebih baik pada masa mendatang.

Sunday, April 15, 2007

General Coordination Meeting - Invitation

To : Head of Office/Project Coordinator

Dear Colleagues,

We are inviting you to join recovery coordination meeting on:

Date : Tuesday, 17 April 2007
Venue : BRR Regional Nias Office - Fodo
Time : 10.00-12.00
Agenda: 1. Presentation of NISM-3 Output: 2007/8 Action Plan
2. CFAN & Midterm Review
3. Unsolved Sectored Issues
4. Nias Housing 2007
5. Coordination Strategy
6. Security Issues
7. AOB

Your presence is deemed important not to be represented.

Sincerely Yours,

Sufiet Erlita
PA of BRR Nias Director
0812 621 5586

Thursday, March 29, 2007

Logo BRR NAD-Nias


Wednesday, January 17, 2007

Rapat Koordinasi Persiapan NISM III

BRR Perwakilan Nias melaksanakan Coordination Meeting, Kamis (18/01) di Kantor BRR Perwakilan Nias, Fodo Gunungsitoli. Rapat yang dipimpin oleh Kepala Perwakilan Nias William P. Sabandar ini dihadiri oleh pimpinan beberapa lembaga internasional dan nasional yang terlibat dalam kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi Nias.

Agenda utama pertemuan ini adalah persiapan pelaksanaan NISM III, up-date RAN Database, masalah-masalah logistik serta security issues.

William menerangkan bahwa Nias Island Stakeholder Meeting (NISM) yang ke-3 menurut rencana diadakan pada 6 Maret 2006 di Jakarta. Kegiatan ini sekaligus diadakan sebagai bagian dari peringatan 2 tahun.

Menurut William, NISM III ini diharapkan menjadi forum bagi semua lembaga untuk merefleksikan dan berbagi pengalaman bekerja di Nias dan mengembangkan tujuan yang lebih baik pada masa datang.

Selain itu, pertemuan ini diharapkan menghasilkan sesuatu yang lebih dari biasanya, yaitu bukan hanya untuk meningkatkan komitmen semua stakeholders tetapi juga menjadi pelajaran dan penerapan model penanganan pasca bencana di daerah lain di Indonesia. "Pertanyaannya adalah, dapatkah Nias menjadi suatu model pembangunan kembali daerah pasca bencana?", demikian tutur William.

Sesuai 4 pilar strategi rekonstruksi Nias, maka NISM III juga akan membahas 4 topik utama yaitu:
1. Perumahan dan Pemukiman (pembanunan 15.000 rumah dan rehab 30.000-45.000 rumah; program air, sanitasi dan lingkungan)
2. Ifrastruktur (Transportasi, energy dan telekomunikasi, irigasi, penanganan pantai dan sungai)
3. Pengembangan Ekonomi (Pengembangan kapasitas ekonomi serta pengurangan kemiskinan)
4. Pembangunan Institusi dan Sumber Daya Manusia (Pendidikan, Kesehatan, Sosial dan Budaya, kapasitas pemerintah daerah)

Melengkapi data RAN Databas
Berkaitan dengan NISM III maka diharapkan agar semua lembaga yang terlibat dalam Rehab Rekon Nias dapat melengkapi data-data mereka ke dalam sistem RAN Database. Untuk itu diarapkan berbagai lembaga dapat menghubungi Sdri MARSAULINA TAMBUN dari BRR Nias.

Photo Exhibition
Terkait kegiatan NISM III maka akan diadakan juga kegiatan pameran foto. Untuk itu diharapkan semua lembaga dapat menyiapkan foto-foto kegiatan mereka untuk dapat dipamerkan. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh Emanuel Migo dari BRR Nias